Selasa, 27 November 2012

TUBERCULOSIS PARU


BAB II
TINJAUAN TEORI
 
A.     PENGERTIAN
Tuberculosis (TB paru) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium Tuberculosis. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobakterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bateri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008).
B.      ETIOLOGI
Mycrobakterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
C.      PATOFISIOLOGI
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M.tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberculosis menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi anatara M.tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri dari gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari masa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif



Proses peradangan jaringan paru
 

Proses peradangan pada jaringan paru
 

Invasi kuman mycrobacterium tuberculosa melalui saluran pernafasan
 

Meningkatkan aktifitas seluler
 
 
PATHWAY


Peningkatan metabolisme berlebihan
 

 
 


Implus disampaikan ke hipotala
 
Perjalanan melalui limpe dan hematogen
 
 

 
 
 
 
 
 
 


 

D.     MANIFESTASI KLINIK
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah asimptomatis. Pada individu lainny, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak dikenal sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun, gejala dapat timbul pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil. Manifestasi klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat badan, letargi, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan demam ringan yang biasanya tejadi pada siang hari. Berkeringat malam dan ansietas umumnya sering tampak. Dispneu nyeri dada dan hemoptisis adalah juga temuan umum.
E.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Deteksi dan diagnosis TB dicapai dengan tes objektif dan temuan pengkajian subkejtif. Perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus terus mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi terhadap TB bagi kelompok yang beresiko tinggi. Infeksi TB primer sering tidak dikenali karena biasanya infeksi ini asimptomatis. Lesi pengapuran dan tes kulit positif sering kali merupakan satu-satunya indikasi infeksi TB primer telah terjadi. Pemeriksaan diagnostik berikutnya biasanya dilakukan untuk menegakan infeksi TB.
1.      Kultur sputum : positif untuk M.tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
2.      Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam) : positif untuk basil tahan asam.
3.      Tes kulit Mantoux (PPD,OT) : reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya menunjukan TB dorman atau infeksi yang disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.
4.      Rontgen dada : menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari sutau efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi, area fibrosa.
5.      Biopsi jarum jaringan paru : positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel raksasa menunjukan nekrosis.
6.      AGD : mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan dan kerusakan paru residual.
7.      Pemeriksaan fungsi pulmonal : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekinder akibat infiltrasi/fibrosis parenkin.
 
F.       PENATALAKSANAAN MEDIS
Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat dirumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang dirawat, klien mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat terapetik telah ditetapkan. Beberapa klien dengan TB aktif mungkin dirawat dirumah sakit karena alasan :
1.      Mereka sakit
2.      Situasi kehidupan mereka dianggap beresiko tinggi
3.      Mereka diduga tidak patuh terhadap program pengobatan
4.      Terdapat riwayat TB sebelumnya dan penyakit aktif kembali
5.      Terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut
6.      Tidak terjadi perbaikan setelah terapi
7.      Mereka resisten terhadap pengobatan yang biasa, membutuhkan obat garis kedua dan ketiga.
Dalam situasi seperti ini perawatan singkat di rumah sakit diperlukan untuk memantau keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yang diberikan.
Klien dengan diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan tiga jenis medikasi atau lebih untuk memastikan bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis dan beberapa obat mungkin cukup besar karena basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan terlanjur cukup lama untuk menyingkirkan atau mengurangi secara substansial jumlah basil dorman atau semidorman. Terapi jangka panjang yang tak terputus merupakan kunci sukses dalam pengobatan TB.
G.     DATA PENGKAJIAN
a.      Data Pasien
Penyakit tuberculosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak samapai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama anatara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim.
Tuberculosis pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibandingan TB paru dengan perbandingan 3-1. Tuberculosis luar paru-paru adalah Tb berat yang terutama pada usia < 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru –paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah. Kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitasi pada paru-paru).
1.      Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
a)      Demam : subfebris, febris (40-410C) hilang timbul
b)      Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum)
c)      Sesak nafas : bila sudah lanjut di  mana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru
d)      Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e)      Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam
f)       Sianosis, sesak nafas dan kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit . pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol biasanya.
g)      Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
2.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemeriksaan umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (Breating), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel) dan B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokues pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan.
 
3.      Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
Keadaan umum klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain, itu perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas composmenit, apatis, somnolen, sopor, soporokoma atau koma. Seorang perawat mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang kosep anatomi fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umu, kesadaran, dan pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB Paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikasn, frekuensi nafas meningkat apabila disertai sesak napas dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
H.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1.      Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi mucus bertambah
2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun,mual,muntah
3.      Gangguan Oksigenasi berhubungan dengan menurunnya kapasitas O2
4.      Nyeri berhubungan dengan adanya respon syaraf sekitar untuk mengeluarkan neurotransmiter, bradikinin, histamin dan serotonin
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan otot-otot
 
 
 
 
 
 
 


I.        INTERPENSI KEPERAWATAN

No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan keriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.       
Gangguan oksigensai berhubungan dengan penurunan fungsi paru
 
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24jam pertukaran gas baik.
Kriteria hasil :
-          Saat aktifitas klien tidak sesak
-          O2 tidak terpasang
 
1.      Kaji adanya dispneu, takipneu, upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan
2.      Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, mukosa dan kuku
3.      Anjurkan untuk bernafas melalui mulut
 
1.      Mengetahui adanya kelainan dalam pernafasan
 
2.      Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigensai organ vital dan jaringan
3.      Membuat tahanan melawan udara luar.
2.       
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,mual
 
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawtaan dalam waktu 1x24jam nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
-          1 porsi makan habis
-          Nafsu makan meningkat
-          Badan tidak lemas
 
1.      Pastikan pola diet yang disukai dan tidak disukai pasien
2.      Kaji intake serta output, berat badan
 
 
1.      Membantu dan mengidentifikasi kebutuhan
2.      Membantu dalam mengukur keefektipan nutrisi
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24jam klien dapat beraktifitas sendiri
Kriteria hasil
-          Klien dapat melakukan aktifitas sendiri
1.      Anjurkan untuk tirang baring
 
 
2.      Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
3.      Anjurkan orang terdekat untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas
1.      Menyediakan energi untuk masa penyembuhan
2.      Untuk memberikan kenyamanan pada klien
3.      Dukungan sosial meningkatkan pelaksanaan tindakan keperawatan
4.
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi mucus bertambah
 
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam produksi mucus klien berkurang
Kriteria hasil :
-          Klien tidak mengeluarkan mucus saat batuk
1.      Berikan O2 sesuai kebutuhan
 
 
 
2.      Observasi tanda-tanda vital
 
3.      Ajarkan pasien untuk batuk efektif
 
4.      Berikan posisi semi fowler
 
 
5.      Pantau jumlah dan warna sputum
 
6.      Auskultasi bunyi nafas
 
 
 
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian nebulizer
1.      Pemberian oksigen untuk mengganti oksigen yang masuk alami
2.      Mengetahui adanya kelainan
3.      Untuk memberikan kenyamanan dan pengeluaran sputum
4.      Memberikan kenyamanan pada klien
5.      Mengetahui adanya jenis kuman dalam sputum
6.      Mengetahui adanya kelainan dalam pernafasan atau suara nafas tambahan
7.      Memberikan kenyamanan dalam bernafas
5.
Nyeri berhubungan dengan adanya respon syaraf sekitar untuk mengeluarkan neurotransmiter, bradikinin, histamin dan serotonin
 
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil :
-          Klien tidak terlihat meringis menahan nyeri
1.      Kaji skala nyeri, lokasi dan lamanya nyeri
 
 
2.      Ajarkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam
 
 
 
 
 
3.      Rubah posisi 2 jam sekali
 
 
4.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
1.      Mengetahui lokasi dan lamanya nyeri terjadi untuk menentukan intervensi selanjutnya
2.      Teknik relaksasi napas dalam dapat memberikan kenyamanan pada klien dan menghilangkan rasa nyeri
3.      Merubah posisi dapat menghindari rasa nyeri terjadi
4.      Mengurangi rasa nyeri terjadi dan memberikan kenyamanan