BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
PENGERTIAN
Tuberculosis
(TB paru) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium Tuberculosis. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobakterium
Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bateri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008).
B.
ETIOLOGI
Mycrobakterium
tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa
lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob
yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis
senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi.
Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
C.
PATOFISIOLOGI
Infeksi
diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis. Bakteri menyebar
melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan M.tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari
paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain
dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan
respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi
fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberculosis
menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi
awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi
anatara M.tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri
dari gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa.
Bagian tengah dari masa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri
atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi
yang penampakannya seperti keju (necrotizing
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan
kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif
|
|
|
|
PATHWAY
| |||||||||||||
|
|
D.
MANIFESTASI KLINIK
Pada
banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah asimptomatis. Pada individu
lainny, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak
dikenal sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun, gejala dapat
timbul pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah
terpajan oleh basil. Manifestasi klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan
berat badan, letargi, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan demam ringan yang
biasanya tejadi pada siang hari. Berkeringat malam dan ansietas umumnya sering
tampak. Dispneu nyeri dada dan hemoptisis adalah juga temuan umum.
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Deteksi
dan diagnosis TB dicapai dengan tes objektif dan temuan pengkajian subkejtif.
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus terus mempertahankan indeks
kecurigaan yang tinggi terhadap TB bagi kelompok yang beresiko tinggi. Infeksi
TB primer sering tidak dikenali karena biasanya infeksi ini asimptomatis. Lesi
pengapuran dan tes kulit positif sering kali merupakan satu-satunya indikasi
infeksi TB primer telah terjadi. Pemeriksaan diagnostik berikutnya biasanya
dilakukan untuk menegakan infeksi TB.
1.
Kultur sputum :
positif untuk M.tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
2.
Ziehl-Neelsen
(pewarnaan tahan asam) : positif untuk basil tahan asam.
3.
Tes kulit Mantoux
(PPD,OT) : reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya menunjukan
TB dorman atau infeksi yang disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.
4.
Rontgen dada :
menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit kalsium
dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari sutau efusi. Perubahan
yang menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi, area fibrosa.
5.
Biopsi jarum
jaringan paru : positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel raksasa menunjukan nekrosis.
6.
AGD : mungkin
abnormal bergantung pada letak, keparahan dan kerusakan paru residual.
7.
Pemeriksaan
fungsi pulmonal : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningatan
rasio udara residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi
oksigen sekinder akibat infiltrasi/fibrosis parenkin.
F.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Kebanyakan individu dengan TB aktif
yang baru didiagnosa tidak dirawat dirumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada
individu yang sedang dirawat, klien mungkin akan tetap dirawat sampai kadar
obat terapetik telah ditetapkan. Beberapa klien dengan TB aktif mungkin dirawat
dirumah sakit karena alasan :
1.
Mereka sakit
2.
Situasi kehidupan
mereka dianggap beresiko tinggi
3.
Mereka diduga
tidak patuh terhadap program pengobatan
4.
Terdapat riwayat
TB sebelumnya dan penyakit aktif kembali
5.
Terdapat penyakit
lain yang bersamaan dan bersifat akut
6.
Tidak terjadi
perbaikan setelah terapi
7.
Mereka resisten
terhadap pengobatan yang biasa, membutuhkan obat garis kedua dan ketiga.
Dalam situasi seperti ini perawatan
singkat di rumah sakit diperlukan untuk memantau keefektifan terapi dan efek
samping obat-obat yang diberikan.
Klien dengan diagnosa TB aktif
biasanya mulai diberikan tiga jenis medikasi atau lebih untuk memastikan bahwa
organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis dan beberapa obat mungkin
cukup besar karena basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan terlanjur cukup lama
untuk menyingkirkan atau mengurangi secara substansial jumlah basil dorman atau
semidorman. Terapi jangka panjang yang tak terputus merupakan kunci sukses
dalam pengobatan TB.
G.
DATA PENGKAJIAN
a.
Data Pasien
Penyakit tuberculosis (TB) dapat
menyerang manusia mulai dari usia anak samapai dewasa dengan perbandingan yang
hampir sama anatara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi
sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim.
Tuberculosis pada anak dapat terjadi
di usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak
lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibandingan TB paru
dengan perbandingan 3-1. Tuberculosis luar paru-paru adalah Tb berat yang
terutama pada usia < 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru –paru pada
usia 5-12 tahun cukup rendah. Kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB
paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitasi
pada paru-paru).
1.
Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara
lain:
a)
Demam :
subfebris, febris (40-410C) hilang timbul
b)
Batuk : terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi untuk membuang atau
mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk
purulen (menghasilkan sputum)
c)
Sesak nafas :
bila sudah lanjut di mana infiltrasi
radang sampai setengah paru-paru
d)
Nyeri dada :
jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
e)
Malaise :
ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan keringat malam
f)
Sianosis, sesak
nafas dan kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak
bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit . pada
foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol
biasanya.
g)
Perlu ditanyakan
dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena
sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemeriksaan umum per sistem dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (Breating), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel) dan B6 (Bone) serta pemeriksaan
yang fokues pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan.
3.
Keadaan Umum dan
Tanda-tanda Vital
Keadaan
umum klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang dengan
menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain, itu perlu dinilai secara umum
tentang kesadaran klien yang terdiri atas composmenit, apatis, somnolen, sopor,
soporokoma atau koma. Seorang perawat mempunyai pengalaman dan pengetahuan
tentang kosep anatomi fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai
keadaan umu, kesadaran, dan pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun yang
memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital pada klien dengan TB Paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh
secara signifikasn, frekuensi nafas meningkat apabila disertai sesak napas dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti
hipertensi.
H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1.
Tidak efektifnya
bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi mucus bertambah
2.
Nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun,mual,muntah
3.
Gangguan
Oksigenasi berhubungan dengan menurunnya kapasitas O2
4.
Nyeri berhubungan
dengan adanya respon syaraf sekitar untuk mengeluarkan neurotransmiter,
bradikinin, histamin dan serotonin
5.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan terjadinya kelemahan otot-otot
I.
INTERPENSI KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan
keriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan oksigensai berhubungan dengan
penurunan fungsi paru
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu 1x24jam pertukaran gas baik.
Kriteria hasil :
-
Saat
aktifitas klien tidak sesak
-
O2
tidak terpasang
|
1.
Kaji
adanya dispneu, takipneu, upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada
dan kelemahan
2.
Evaluasi
perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, mukosa
dan kuku
3.
Anjurkan
untuk bernafas melalui mulut
|
1.
Mengetahui
adanya kelainan dalam pernafasan
2.
Akumulasi
sekret dapat mengganggu oksigensai organ vital dan jaringan
3.
Membuat tahanan
melawan udara luar.
|
2.
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia,mual
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawtaan dalam waktu 1x24jam nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
-
1 porsi
makan habis
-
Nafsu
makan meningkat
-
Badan tidak
lemas
|
1.
Pastikan
pola diet yang disukai dan tidak disukai pasien
2.
Kaji
intake serta output, berat badan
|
1.
Membantu
dan mengidentifikasi kebutuhan
2.
Membantu
dalam mengukur keefektipan nutrisi
|
3.
|
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu 1x24jam klien dapat beraktifitas sendiri
Kriteria hasil
-
Klien
dapat melakukan aktifitas sendiri
|
1.
Anjurkan
untuk tirang baring
2.
Berikan lingkungan
yang tenang dan nyaman
3.
Anjurkan
orang terdekat untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas
|
1.
Menyediakan
energi untuk masa penyembuhan
2.
Untuk
memberikan kenyamanan pada klien
3.
Dukungan
sosial meningkatkan pelaksanaan tindakan keperawatan
|
4.
|
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
berhubungan dengan produksi mucus bertambah
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam produksi mucus klien berkurang
Kriteria hasil :
-
Klien
tidak mengeluarkan mucus saat batuk
|
1.
Berikan O2
sesuai kebutuhan
2.
Observasi
tanda-tanda vital
3.
Ajarkan
pasien untuk batuk efektif
4.
Berikan
posisi semi fowler
5.
Pantau
jumlah dan warna sputum
6.
Auskultasi
bunyi nafas
7.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian nebulizer
|
1.
Pemberian
oksigen untuk mengganti oksigen yang masuk alami
2.
Mengetahui
adanya kelainan
3.
Untuk
memberikan kenyamanan dan pengeluaran sputum
4.
Memberikan
kenyamanan pada klien
5.
Mengetahui
adanya jenis kuman dalam sputum
6.
Mengetahui
adanya kelainan dalam pernafasan atau suara nafas tambahan
7.
Memberikan
kenyamanan dalam bernafas
|
5.
|
Nyeri berhubungan dengan adanya respon
syaraf sekitar untuk mengeluarkan neurotransmiter, bradikinin, histamin dan
serotonin
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil :
-
Klien
tidak terlihat meringis menahan nyeri
|
1.
Kaji skala
nyeri, lokasi dan lamanya nyeri
2.
Ajarkan
klien untuk teknik relaksasi napas dalam
3.
Rubah
posisi 2 jam sekali
4.
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
|
1.
Mengetahui
lokasi dan lamanya nyeri terjadi untuk menentukan intervensi selanjutnya
2.
Teknik
relaksasi napas dalam dapat memberikan kenyamanan pada klien dan
menghilangkan rasa nyeri
3.
Merubah
posisi dapat menghindari rasa nyeri terjadi
4.
Mengurangi
rasa nyeri terjadi dan memberikan kenyamanan
|